Minggu, 22 Januari 2012

Bronkiektasis

bronkografi dan patologi bronkiektasis dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1.      Bronkiektasis silindris
2.      Bronkiektasis fusiform
3.      Bronkiektasis kistik atau sakular.
Etiologi Bronkiektasis
1.      Infeksi
2.      Kelainan heriditer atau kelainan kongenital
3.      Faktor mekanis yang mempermudah timbulnya infeksi
4.      Sering penderita mempunyai riwayat pneumoni sebagai komplikasi campak, batuk rejan,  atau penyakit menular lainnya semasa kanak-kanak.
Patofiologi Bronkiektasis
Patofisiologi Bronkiektasis
Patofisiologi Bronkiektasis        

Gambaran Klinis Bronkiektasis
Bronkiektasis merupakan penyakit yang sering dijumpai pada usia muda, 69 % penderita berumur  kurang dari 20 tahun. Gejala dimulai sejak masa kanak-kanak, 60 % dari penderita gejalanya timbul sejak umur kurang dari 10 tahun. Gejalanya tergantung dari luas, berat, lokasi ada atau tidaknya komplikasi.
Tanda dan Gejala      
1.      Batuk yang menahun dengan sputum yang banyak terutama pada pagi hari, setelah tiduran dan berbaring.
2.      Batuk dengan sputum menyertai batuk pilek  selama 1-2 minggu atau tidak ada gejala sama sekali ( Bronkiektasis ringan )
3.      Batuk  yang terus menerus dengan sputum yang banyak kurang lebih    200 – 300 cc, disertai demam, tidak ada nafsu makan, penurunan berat badan, anemia, nyeri pleura, dan lemah badan  kadang-kadang sesak nafas dan sianosis, sputum sering mengandung bercak darah,dan batuk darah.
4.      Ditemukan jari-jari tabuh pada 30-50 % kasus.
Pemeriksaan Diagnostik
1.      Pemerisaan Laboratorium.
Pemeriksaan sputum meliputi Volume sputum, warna sputum, sel-sel dan bakteri dalam sputum.
Bila terdapat infeksi volume sputum akan meningkat, dan menjadi purulen dan mengandung lebih banyak leukosit dan bakteri. Biakan sputum dapat menghasilkan flora normal dari nasofaring, streptokokus pneumoniae, hemofilus influenza, stapilokokus aereus, klebsiela, aerobakter,proteus, pseudomonas aeroginosa. Apabila ditemukan sputum berbau busuk  menunjukkan adanya infeksi kuman anaerob.
Pemeriksaan darah tepi.
Biasanya ditemukan dalam batas normal. Kadang  ditemukan adanya leukositosis menunjukkan adanya supurasi yang aktif dan anemia menunjukkan adanya infeksi yang menahun.
Pemeriksaan urina
Ditemukan dalam batas normal, kadang  ditemukan adanya proteinuria yang bermakna yang disebabkan oleh amiloidosis, Namun Imunoglobulin serum biasanya dalam batas normal kadang bisa meningkat atau menurun.
Pemeriksaan EKG
EKG biasa dalam batas normal kecuali pada kasus lanjut yang sudah ada komplikasi korpulmonal atau tanda pendorongan jantung. Spirometri pada kasus ringan mungkin normal tetapi pada kasus berat ada kelainan obstruksi dengan penurunan volume ekspirasi paksa 1 menit  atau penurunan kapasitas vital, biasanya disertai insufisiensi pernafasan  yang dapat mengakibatkan :
  • Ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
  • Kenaikan perbedaan tekanan PO2 alveoli-arteri
  • Hipoksemia
  • Hiperkapnia
Pemeriksaan tambahan untuk mengetahui faktor predisposisi dilakukan pemerisaan :
  • Pemeriksaan imunologi
  • Pemeriksaan spermatozoa
  • Biopsi bronkus dan mukosa nasal( bronkopulmonal berulang).
2.      Pemeriksaan Radiologi.
  • Foto dada PA dan Lateral
Biasanya ditemukan corakan paru menjadi lebih kasar  dan batas-batas corakan menjadi kabur, mengelompok,kadang-kadang ada gambaran sarang tawon  serta gambaran kistik dan batas-batas permukaan udara cairan. Paling banyak mengenai lobus paru kiri, karena mempunyai diameter yang lebih kecil kanan dan letaknya menyilang mediastinum,segmen lingual lobus atas kiri  dan lobus medius paru kanan.
  • Pemeriksaan bronkografi
Bronkografi tidak rutin dikerjakan namun bila ada indikasi dimana untuk mengevaluasi penderita yang akan dioperasi yaitu penderita dengan pneumoni yang terbatas pada suatu tempat dan berulang yang tidak menunjukkan perbaikan klinis setelah mendapat pengobatan konservatif  atau penderita dengan hemoptisis yang masif.
Bronkografi dilakukan setelah keadaan stabil, setalah pemberian antibiotik dan postural drainage yang adekuat sehingga bronkus  bersih dari sekret.
Penatalaksanaan Bronkiektasis
Tujuan pengobatan adalah memperbaiki drainage sekret dan mengobati infeksi.
Penatalaksanaan meliputi :
  • Pemberian antibiotik dengan spekrum luas ( Ampisillin, Kotrimoksasol, atau amoksisilin ) selama 5- 7 hari pemberian
  • Drainage postural dan latihan fisioterapi untuk pernafasan, serta batuk yang efektif untuk mengeluarkan sekret secara maksimal
Pada saat dilakukan drainage perlu diberikan  bronkodilator  untuk mencegah bronkospasme dan memperbaiki drainage sekret. Serta dilakukan hidrasi yang adekuat untuk mencegah sekret menjadi kental dan dilengkapi dengan alat pelembab serta nebulizer untuk melembabkan sekret.
Asuhan Keperawatan Bronkiektasis
Pengkajian Data Dasar
1.      Riwayat atau adanya faktor-faktor penunjang
  • Merokok produk tembakau sebagai faktor penyebab utama
  • Tinggal atau bekerja di daerah dengan polusi udara berat
  • Riwayat alergi pada keluarga
  • Ada riwayat asma pada masa anak-anak
2.      Riwayat atau  adanya faktor-faktor pencetus eksaserbasi seperti :
  • Allergen ( serbuk, debu, kulit, serbuk sari atau jamur)
  • Sress emosional
  • Aktivitas fisik yang berlebihan
  • Polusi udara
  • Infeksi saluran nafas
  • Kegagalan program pengobatan yang dianjurkan
3.      Pemeriksaan fisik berdasarkan fokus pada system pernafasan yang meliputi :
Kaji frekuensi dan irama pernafasan
Inspeksi warna kulit dan warna menbran mukosa
Auskultasi bunyi nafas
Pastikan bila pasien menggunakan otot-otot aksesori bila bernafas :
  • Mengangkat bahu pada saat bernafas
  • Retraksi otot-otot abdomen pada saat bernafas
  • Pernafasan cuping hidung
Kaji bila ekspansi dada simetris atau asimetris
Kaji bila nyeri dada pada pernafasan
Kaji batuk (apakah produktif atau nonproduktif). Bila produktif tentukan warna sputum.
Tentukan bila pasien mengalami  dispneu atau orthopneu
4.      Pemeriksaan diagnostik meliputi :
Gas darah arteri (GDA) menunjukkan PaO2 rendah dan PaCO2 tinggi
Sinar X dada memunjukkan peningkatan kapasitas paru dan volume  cadangan
Klutur sputum positif bila ada infeksi
Esei imunoglobolin menunjukkan adanya peningkatan IgE serum
Tes fungsi paru untuk mengetahui penyebab dispneu dan menentukan apakah fungsi abnormal paru ( obstruksi atau restriksi).
Tes hemoglobolin.
EKG ( peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF dan aksis vertikal.
5.      Kaji persepsi diri pasien
6.      Kaji berat badan dan masukan rata-rata cairan dan diet.
Diagnosa Keperawatan Bronkiektasis
1.      Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret atau sekresi kental
2.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen dan kerusakan alveoli
3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah,produksi sputum, dispneu
4.      Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan proses penyakit kronis, malnutrisi.
5.      Ansietas berhubungan dengan takut kesulitan bernafas selama fase eksaserbasi,  kurang pengetahuan tentang pengobatan yang akan dilaksanakan
6.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas
Intervensi Keperawatan Bronkiektasis
1.         Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi   sekret, sekret kental.
Tujuan :
Mempertahakan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/jelas.
Kriteria hasil :
Menujukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas( batuk yang     efektif, dan mengeluarkan secret.
Rencana Tindakan :
1.      Kaji /pantau frekuensi pernafasan. Catat rasio inspirasi dan ekspirasi
R/ Tachipneu biasanya ada pada beberapa derajat dapat ditemukan pada penerimaan atau selam stress/ proses infeksi akut. Pernafasan melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang disbanding inspirasi
2.      Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas
R/ Derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat /tak dimanisfestasikan adanya bunyi nafas.
3.      Kaji pasien untuk posisi yang nyaman,Tinggi kepala tempat tidur dan duduk pada sandaran  tempat tidur
R/ Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan mempergunakan gravitasi. Dan mempermudah untuk bernafas serta membantu menurunkan kelemahan otot-otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.
4.      Bantu latihan nafas abdomen atau bibir
R/ Untuk mengatasi dan mengontrol dispneu dan menurunkan jebakan udara
5.      Observasi karakteriktik  batuk dan Bantu tindakan untuk efektifan upaya batuk
R/   Mengetahui keefktifan batuk
6.      Tingkatan masukan cairan sampai 3000ml/hari sesuai toleransi jantung serta berikan hangat dan masukan cairan antara sebagai penganti makan
R/ Hidrasi membantu menurunkan kekentalan secret,mempermudah pengeluaran.cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus. Cairan antara makan dapat meningkatkan distensi gaster dan tekana diafragma.
7.      Berikan obat sesuai indikasi
R/   Mempercepat proses penyembuhan.
2.         Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen dan   kerusakan alveoli.
Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
Kriteria :
GDA dalam batas normal, warna kulit membaik, frekuensi nafas 12-  24x/mt, bunyi nafas bersih, tidak ada batuk, frekuensi nadi 60-100x/mt, tidak dispneu.
Rencana Tindakan :
1.   Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan serta catat penggunaan otot aksesori
R/ untuk mengevaluasi derajat distress pernafsan/ kronisnya suatu penyakit.
2.   Tingikan kepala tempat tidur dan Bantu untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas .Kaji / awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa
R/ Suplai oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas.
3.   Dorong untuk pengeluaran sputum/ penghisapan bila ada indikasi
R/ Sputum menganggu proses pertukaran gas  serta penghisapan dilakukan bila batuk tidak efektif.
4.   Awasi tingkat kesadaran / status mental
R/ Manisfestasi umum dari hipoksia
5.   Awasi tanda vital dan status jantung
R/ Perubahan tekanan darah menunjukkan efek hipoksia sistemik pada fungsi jantung
6.   Berikan oksigen tambahan dan pertahankan ventilasi mekanik dan Bantu intubasi
R/ Dapat memperbaiki atau mencegah terjadinya hipoksia dan kegagalan nafas serta tindakan untuk penyelamatan hidup.
3.         Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah,produksi sputum, dispneu
Tujuan  : Peningkatan dalam status nutrisi dan berta badan pasien
Kriteria hasil :
Pasien tidak mengalami kehilangan berat badan lebih lanjut atau mempertahankan berat badan.
Rencana tindakan :
1.      Pantau masukan dan keluaran tiap 8 jam, jumlah makanan yang dikonsumsi serta timbang berta badan tiap minggu.
R/ Untuk mengidentifikasi adanya kemajuan atau penyimpangan dari yang diharapkan
2.      Ciptakan suasana yang menyenangkan ,lingkungan yang bebas dari bau selama waktu makan
R/ suasana dan lingkungan yang tak sedap selama waktu makan dapat meyebakan anoreksia
3.      Rujuk pasien ke ahli diet untuk memantau merencanakan makanan yang akan dikonsumsi
R/ Dapat membantu pasien dalam merencanakan makan dengan gisi yang sesuai.
4.      Dorong klien untuk minum minimal 3 liter cairan perhari, jika tidak mendapat infus.
R/ untuk mengatasi dehidrasi pada pasien
4.         Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan proses penyakit kronis, malnutrisi.
Tujuan : Tidak terjadi/ adanya gejala -gejala infeksi
Kriteria hasil :
Tidak terjadi infeksi suhu tbuh berkisar 36-37 0c,Sel darah putih 5000-10000/mm.batuk produktif tidak ada.
Rencana intervensi :
1.       Pantau suhu pasien tiap 4 jam, hasil kultur sputum dan hasil pemeriksaan leokusit serta warna dan konsistensi sputum
R/ Untuk mengidentifikasi  kemajuan yang dapat dicapai dan penyimpangan dari sasaran yang diharapkan ( infeksi yang mungkin terjadi ).
2.       Lakukan pemeriksaan sputum untuk pemeriksaan kultur.
R/Dapat membantu menegakkan diagnosa infeksi saluran nafas dan mengidentifikasi kuman penyebabnya.
3.       Berikan nutrisi yang adekuat
R/ malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahan terhadap infeksi.
4.       Berikan antibiotik sesuai anjuran dan evaluasi keefektifannya
R/ Sebagai pencegahan dan pengobatan infeksi dan mempercepat proses penyembuhan.
5.         Ansietas berhubungan dengan takut kesulitan bernafas selama fase eksaserbasi,  kurang pengetahuan tentang pengobatan yang akan dilaksanakan.
Tujuan : Hilangnya ansietas
Kriteria hasil :  Ekspresi wajah rileks, frekuensi nafas antara 12-24 x/mt,frekuensi   nadi 60-100x/mt.
Intervensi Keperawatan :
1.      Selama periode distress pernafasan akut :
  • Batasi jumlah dan frekuensi pengunjung
  • Mulai berikan oksigen lewat kanula sebanyak 2 ltr/mt
  • Demontrasikan untuk kontrol pernafasan
  • Ijinkan seseorang untuk menemani pasien
  • Pertahankan posisi fowler dengan posisi lengan menopang
R/ Membantu pasien untuk mengontrol keadaannya dengan meningkatkan relaksasi  dan meningkatkan jumlah udara yang masuk paru-paru
2.      Hindari pemberian informasi  dan instruksi yang bertele-tele/sederhana mungkin ketika pasien mengalami distress dan lakukan pendekatan dengan pasien secara tenang dan menyakinkan.
R/ Pasien dapat menerima sedikit informasi dalam keadaan gelisah dan terlalu banyak informasi dapat meningkatkan ansietas dan memberitauhkan apa yang diharpkan makakan dapat membantu penurunan ansietas.
3.      Gunakan obat sedatif sesui dengan yang diresepkan.
R/ Obat penenang dapat mengontrol tingkat ansietasnya.
6.         Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas
Tujuan :Klien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
Kriteria hasil :
Menurunnya keluhan tentang napas pendek dan lemah dalam melaksanakan aktivitas
Rencana Tindakan
1.   Pantau nadi dan frekuensi nafas sebelum dan sesudah aktivitas
R/  Mengidentifikasi kembali penyimpangan tujuan yang diharapkan
2.   Berikan bantuan dalam melaksanakan aktivitas sesuai yang diperlukan  dan dilakukan secara bertahap
R/  Dapat mengurangi pengunaan energi yang berlebihan
3.   Anjurkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dengan makanan yang mudah dikunyah.
R/  Makanan dalam porsi besar sasah dikunyah dan memerlukan banyak energi
Daftar Pustaka :
Soeparman & Sarwono W, (1998), Ilmu penyakit dalam Jilid II Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Barbara E.,(1999), Rencana Asuhan keperawatan Medikal- Bedah Volume I, EGC, Jakarta
Barbara E.,(1999), Rencana Asuhan keperawatan Medikal- Bedah Volume  III, EGC, Jakarta
Barbara C. long,( 1996), Perawatan Medikal Bedah : suatu pendekatan proses keperawatan, Alih bahasa Yayasan ikatan alumni pendidikan keperawatan bandung,Yayasan IAPK, Bandung
Hudak & Gallo, ( 1997), Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik, EGC, Jakarta
Marylin E doengoes. (2000). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencnaan /pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.Jakarta.




Bronkientasis adalah suatu perusakan dan pelebaran (dilatasi) abnormal dari saluran pernapasan yang besar.
Bronkiektasis bukan merupakan penyakit tunggal, dapat terjadi melalui berbagai cara dan merupakan akibat dari beberapa keadaan yang mengenai dinding bronkial, baik secara langsung maupun tidak, yang mengganggu sistem pertahanannya. Keadaan ini mungkin menyebar luas, atau mungkin muncul di satu atau dua tempat.
Secara khusus, bronkiektasis menyebabkan pembesaran pada bronkus yang berukuran sedang, tetapi bronkus berukuran kecil yang berada dibawahnya sering membentuk jaringan parut dan menyempit. Kadang-kadang bronkiektasis terjadi pada bronkus yang lebih besar, seperti yang terjadi pada aspergilosis bronkopulmoner alergika (suatu keadaan yang disebabkan oleh adanya respon imunologis terhadap jamur Aspergillus).
Dalam keadaan normal, dinding bronkus terbuat dari beberapa lapisan yang ketebalan dan komposisinya bervariasi pada setiap bagian dari saluran pernapasan. Lapisan dalam (mukosa) dan daerah dibawahnya (submukosa) mengandung sel-sel yang melindungi saluran pernapasan dan paru-paru dari zat-zat yang berbahaya. Sel-sel ini terdiri dari:
  • sel penghasil lendir
  • sel bersilia, yang memiliki rambut getar untuk membantu menyapu partikel-partikel dan lendir ke bagian atas atau keluar dari saluran pernapasan
  • sel-sel lainnya yang berperan dalam kekebalan dan sistem pertahanan tubuh, melawan organisme dan zat-zat yang berbahaya lainnya.
Struktur saluran pernapasan dibentuk oleh serat elastis, otot dan lapisan kartilago (tulang rawan), yang memungkinkan bervariasinya diameter saluran pernapasan sesuai kebutuhan. Pembuluh darah dan jaringan limfoid berfungsi sebagai pemberi zat makanan dan sistem pertahanan untuk dinding bronkus.
Pada bronkiektasis, daerah dinding bronkus rusak dan mengalami peradangan kronis, dimana sel bersilia rusak dan pembentukan lendir meningkat. Ketegangan dinding bronkus yang normal juga hilang. Area yang terkena menjadi lebar dan lemas dan membentuk kantung yang menyerupai balon kecil. Penambahan lendir menyebabkan kuman berkembang biak, yang sering menyumbat bronkus dan memicu penumpukan sekresi yang terinfeksi dan kemudian merusak dinding bronkus.
Peradangan dapat meluas ke kantong udara kecil (alveoli) dan menyebabkan bronkopneumonia, jaringan parut dan hilangnya fungsi jaringan paru-paru. Pada kasus yang berat, jaringan parut dan hilangnya pembuluh darah paru-paru dapat melukai jantung.
Peradangan dan peningkatan pembuluh darah pada dinding bronkus juga dapat menyebabkan batuk darah. Penyumbatan pada saluran pernapasan yang rusak dapat menyebabkan rendahnya kadar oksigen dalam darah.

Daftar isi

[sunting] Penyebab

Bronkiektasis bisa disebabkan oleh:
  1. Infeksi pernapasan
    • Campak
    • Pertusis
    • Infeksi adenovirus
    • Infeksi bakteri contohnya Klebsiella, Staphylococcus atau Pseudomonas br>- Influenza
    • Tuberkulosa
    • Infeksi jamur
    • Infeksi mikoplasma
  2. Penyumbatan bronkus
    • Benda asing yang terisap
    • Pembesaran kelenjar getah bening
    • Tumor paru
    • Sumbatan oleh lendir
  3. Cedera penghirupan
    • Cedera karena asap, gas atau partikel beracun
    • Menghirup getah lambung dan partikel makanan
  4. Keadaan genetik
    • Fibrosis kistik
    • Diskinesia silia, termasuk sindroma Kartagener
    • Kekurangan alfa-1-antitripsin
  5. Kelainan imunologik
    • Sindroma kekurangan imunoglobulin
    • Disfungsi sel darah putih
    • Kekurangan koplemen
    • Kelainan autoimun atau hiperimun tertentu seperti rematoid artritis, kolitis ulserativa
  6. Keadaan lain
    • Penyalahgunaan obat (misalnya heroin)
    • Infeksi HIV
    • Sindroma Young (azoospermia obstruktif)
    • Sindroma Marfan.

[sunting] Gejala

Gejalanya bisa berupa: - batuk menahun dengan banyak dahak yang berbau busuk - batuk darah - batuk semakin memburuk jika penderita berbaring miring - sesak napas yang semakin memburuk jika penderita melakukan aktivitas - penurunan berat badan - lelah - clubbing fingers (jari-jari tangan menyerupai tabuh genderang) - wheezing (bunyi napas mengi/bengek) - warna kulit kebiruan - pucat - bau mulut.

[sunting] Diagnosa

Pada pemeriksaan fisik dengan menggunakan stetoskop, biasanya di paru-paru bagian bawah akan terdengar suara ronki.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
  1. Rontgen dada
  2. CT scan dada
  3. Biakan dahak
  4. Hitung jenis darah
  5. Pemeriksaan keringat atau pemeriksaan fibrosis kistik lainnya
  6. Analisa serum immunoglobulin
  7. Serum presipitin (pemeriksaan untuk antibodi jamur, aspergillus)
  8. Tes PPD untuk infeksi TBC.

[sunting] Pengobatan

Tujuan dari pengobatan adalah mengendalikan infeksi dan pembentukan dahak,membebaskan penyumbatan saluran pernapasan serta mencegah komplikasi.
Drainase postural yang dilakukan secara teratur setiap hari, merupakan bagian dari pengobatan untuk membuang dahak. Seorang terapis pernapasan bisa mengajarkan cara melakukan drainase postural dan batuk yang efektif.
Untuk mengatasi infeksi seringkali diberikan antibiotik, bronkodilator Dan ekspektoran.
Pengangkatan paru melalui pembedahan dilakukan pada penderita yang tidak memberikan respon terhadap pemberian obat atau pada penderita yang mengalami perdarahan hebat.

[sunting] Pencegahan

Imunisasi campak dan pertusis pada masa kanak-kanak membantu menurunkan angka kejadian bronkiektasis.
Vaksin influenza berkala membantu mencegah kerusakan bronkus oleh virus flu. Vaksin pneumokok membantu mencegah komplikasi berat dari pneumonnia pneumokok.
Minum antibiotik dini saat infeksi juga mencegah bronkiektasis atau memburuknya penyakit.
Pengobatan dengan imunoglobulin pada sindroma kekurangan imunoglobulin mencegah infeksi berulang yang telah mengalami komplikasi.
Penggunaan anti peradangan yang tepat (seperti kortikosteroid), terutama pada penderita bronkopneumonia alergika aspergilosis, bisa mencegah kerusakan bronkus yang akan menyebabkan terjadinya bronkiektasis.
Menghindari udara beracun, asap (termasuk asap rokok) dan serbuk yang berbahaya (seperti bedak atau silika) juga mencegah bronkiektasis atau mengurangi beratnya penyakit.
Masuknya benda asing ke saluran pernapasan dapat dicegah dengan: - memperhatikan apa yang dimasukkan anak ke dalam mulutnya - menghindari kelebihan dosis obat dan alkohol - mencari pengobatan medis untuk gejala neurologis (seperti penurunan kesadaran) atau gejala saluran pencernaan (seperti regurgitasi atau batuk setelah makan).
Tetes minyak atau tetes mineral untuk mulut atau hidung jangan digunakan menjelang tidur karena dapat masuk ke dalam paru.
Bronkoskopi dapat digunakn untuk menemukan dan mengobati penyumbatan bronkus sebelum timbulnya kerusakan yang berat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

saran kritik dan pertanyaan, silahkan komentar dengan sopan :)